Pilar 5: Lingkungan

Lingkungan pada tulisan ini adalah Lingkungan Hidup (LH) yaitu merupakan sumberdaya alam untuk penompang kehidupan manusia. Lingkungan hidup perlu dijaga dengan kesadaran kesyukuran kepada Tuhan Yang Maha Kasih. Artinya bahwa dalam memperlakukan lingkungan hidup jangan melalui antroposentisme (ekploitasi lingkungan untuk kehidupan manusia) tetapi hendaknya berupa ekosentrisme (keseimbangan atau keserasian lingkungan yang dikelola dengan penuh tanggung jawab manusia).
Lingkungan sebagai pilar pembangunan sebenarnya tidak membutuhkan manusia. Keberadaannya diciptakan tanpa menunggu kehadiran manusia. Sebaliknya manusia sangat tergantung kepada keberadaan lingkungan. Seluruh keperluan manusia berada pada alam dari oksigen untuk bernafas, bahan makanan, pakaian, perumahan, dan lain-lain.
Untuk menjaga kelestarian lingkungan perlu komitmen, peduli sosial, dan teknologi. Begitu pula dengan pemanfaatannya, perlu ada komitmen, peduli sosial, dan teknologi. Bagaimana semuanya dapat dijelaskan? Perlu perenungan yang tidak hanya diajarkan pihak lain tetapi harus dirasakan dan ditemukan sendiri. Orang yang memiliki pengamalan (semacam etika) terhadap lingkungan hidup disebut orang yang telah memiliki ”kesalehan lingkungan”
Ada contoh seseorang memiliki telah memiliki ”kesalehan” lingkungan. Dari hasil renungannya pernah ia katakan bahwa kekayaan alam ini tidak akan pernah habis oleh milyaran manusia yang memperlakukan alam dengan penuh kearifan. Sebaliknya, dalam waktu singkat akan cepat habis hanya oleh seorang manusia yang serakah. Planet Bumi yang kecil ini telah diciptakan oleh Tuhan dalam ukuran yang ”cukup” bahkan berlebih jika diisi oleh manusia yang memiliki kesadaran bahwa hidupnya untuk beribadah kepada Tuhannya. Sebaliknya planet bumi akan hangus terbakar hanya diisi oleh manusia yang ingin hidupnya menunjukkan kesombongannya, keserakahan, dan tidak menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan, bahkan ini berperan sebagai tuhan.
Pembahasan lingkungan semakin menarik, tetapi untuk pendahuluan cukup sekian saja. Terima kasih

Pilar 4: Kesehatan

Kesehatan adalah kebugaran, kesejahteraan, kenyamanan, dan mampu melakukan hal-hal yang positif. Dalam makna kebugaran, kelihatannya sudah sangat jelas. Kesehatan dalam makna kesejahteraan memang tidak langsung tetapi biasanya orang yang bugar relatif akan merasakan lebih "sejahtera" atau bahagia. Orang sehat juga merasa nyaman, walaupun banyak orang yang menapikannya. Ketika sakit, barulah orang itu akan sadar bahwa ia tidak merasa nyaman.
Namun demikian makna kebugaran kaitannya dengan kemampuan melakukan hal-hal yang positif agak sulit dijelaskan. Tulisan ini hanya menarik semacam analogi saja, yaitu jika seseorang melakukan hal-hal yang tidak positif, melakukan kerusakan, menggangu, berbuat kejahatan, dan lain-lain sering kita katakan bahwa orang itu tidak "waras". Artinya tidak sehat secara rohani. Dengan demikian (logis atau tidak logis), makna kesehatan adalah melingkup kesehatan raga dan jiwa (fisik dan rohani). Keduanya harus lengkap, tidak boleh hanya salah satu saja.
Makna kesehatan bagi sebagian orang hanya dimaknai sebagai makna fisik, sehingga ketika seseorang sakit perut, lambungnya terasa perih dan kembung cukup dibantu tengan obat sakit maag. Asumsinya dengan meminum obat sakit maag permasalahan selesai?. Ternyata tidak! karena sumber penyakitnya mungkin bukan terletak di lambung. Sesudah minum obat, besok lusa akan sakit lagi atau kambuh.
Berbicara tentang penjagaan kesehatan, dikenal ada dua aliran yaitu pengobatan melalui zat kimia sintetis dan pengobatan herbal (alamiah). Pengobatan melalui zat kimia berpangkal pada keyakinan bahwa sakit adalah bersumber dari gangguan fisik semata dan pada daerah yang sakit perlu segera diobati. Sedangkan pengobatan herbal cenderung akan menangani sumber penyakit terlebih dahulu, yang kadang-kadang perlu kesabaran karena pengobatannya tidak langsung pada bagian yang sakit. Sakit kepala bisa jadi mengkonsumsi "obat" herbal yang diperuntukkan untuk bagian perut. Karena itu, para terapis yang menggunakan pengobatan herbal akan mengkaji permasalahan pasien secara holistik. Terkadang, cukup dengan nasihat untuk menenangkan pikiran pasien penyakit yang dideritanya bisa sembuh. Rekomenfasi obat herbal hanya untuk memperkuat daya imun tubuh agar dapat bertahan menghadapi guncangan kejiwaan yang dialaminya.
Penulis dalam membangun komitmen dalam bidang kesehatan tertarik dengan pendekatan herbal daripada pengobatan melalui zat kimia sistetis. Karena itu perlu ada penyaaan persepsi dalam mengikuti alur pemikiran penulis. Kita tunda dulu kajian ini, dalam waktu yang lain akan disambung lagi. Makasih!

Pilar 3: Teknologi

Teknologi adalah alat yang diciptakan oleh manusia agar manusia dapat hidup lebih baik, lebih mudah, lancar, dan lebih sejahtera. Pilar ini dalam konteks pembangunan bangsa merupakan tataran praksis yang wujudnya dipengaruhi oleh pilar lainnya. Penciptaan teknologi yang berpihak pada budaya bangsa seharusnya tidak bebas nilai tetapi harus sarat nilai.Bagaimana teknologi yang sarat (penuh dan kaya) nilai? ciri teknologi yang sarat nilai sekurang-kurangnya ada tiga yaitu: (a) diciptakan karena memiliki fungsi yang bermakna bagi keselamatan umat manusia, (b) memiliki dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan manusia, dan (c) memiliki dampak lanjutan untuk pengembangan ilmu dan teknologi lainnya.
Keselamatan manusia yang didukung oleh teknologi sarat nilai meliputi diminsi lahir-bathin dan dunia-akhirat. Mungkin untuk dibedakan antara teknologi yang diciptakan karena nasfu serakah dengan kebaikan sosial yang paling mudah adalah teknologi obat dan vaksin. Teknologi obat yang diciptakan atas nafsu serakah adalah bagaimana menciptakan obat yang memiliki efek samping. Dalam unsur obat ditambah suatu zat (yang sebenarnya tidak perlu) agar pengguna menjadi ketergantungan dan atau memunculkan efek timbulnya penyakit lain. Atau teknologi vaksin yang digunakan untuk menciptakan ketergantungan negara berkembang kepada negara maju. Silakan baca buku berjudul “Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung” karya Menteri Kesehatan RI Ibu Siti Fadilah Supari. Perjuangan dari penulis buku tersebut adalah bukti bahwa teknologi dapat dibuat dengan tujuan yang tidak baik. Untuk ciri kedua dan ketiga, cukup jelas dan tidak perlu diterangkan dalam tulisan ini.
Dengan gambaran di atas, dapat kita tarik makna bahwa untuk membangun atau memperbaiki bangsa perlu teknologi yang diciptakan dengan komitmen yang baik dan tentu saja peduli sosial. Nuhun.

Pilar 2: Peduli Sosial

Peduli sosial adalah perilaku warga bangsa untuk dapat melakukan perbuatan baik terhadap sesama yaitu berbagi, membantu, dan atau mempermudah pihak lain dalam melakukan urusannya (urusan yang benar dan baik). Orang yang mempersulit urusan orang lain adalah orang yang tidak peduli sosial.
Peduli sosial memiliki banyak makna, tetapi pada umumnya semua pihak hampir sepakat bahwa peduli sosial merujuk pada kegiatan amal baik kepada sesama. Dalam tulisan ini peduli sosial tidak hanya bermakna parsial tetapi lebih merujuk pada usaha seseorang untuk menyelamatkan warga bangsa sesuai dengan kemampuan dan kewenangan yang dimilikinya. Warga bangsa tidak hanya dalam jumlah banyak tetapi satu atau dua orang saja, termasuk warga bangsa.
Implementasi dari peduli sosial sangat mudah dan dapat dilakukan setiap saat, misalnya senyum kepada orang lain hingga pihak lain merasa nyaman adalah contoh perbuatan peduli sosial. Seorang dokter yang menyapa pasien dengan lemah lembut penuh kasih sayang adalah peduli sosial, karena mungkin hanya dengan perhatian seperti itu telah membantu mengobati pasien. Lebih jauh dari itu, peduli sosial dapat pula dilakukan tanpa orang lain mengetahuinya.
Suatu ketika penulis mendapat keluhan dari seorang dosen (sebuah perguruan tinggi di Bandung) yang merasa tidak diperhatikan oleh rekannya. Pada waktu itu tidak dilibatkan sebagai instruktur sebuah pelatihan (dengan menjadi instruktur pelatihan ia akan memperoleh honor yang lumayan). Saya katakan, cobalah datang kepada koordinator instruktur agar mendapat giliran sebagai pelatih. Ia katakan sudah mendatanginya, apa yang ia katakan adalah: "saya tidak memiliki kewajiban kepada siapapun -termasuk anda- untuk memilih seseorang sebagai instruktur!". Menurut saya, kata-kata semacam itu merupakan contoh tidak peduli sosial. Ia hanya peduli pada perhitungan politik, memilih seseorang yang suatu saat akan dapat diminta utang budinya. Kasihan kepada kawan itu, karena ia tidak memiliki kontribusi terhadap jejaring politik sang koordinator, ia menjadi korban ketidakpedulian.
Lebih tersembunyi lagi dari makna kepedulian sosial adalah doa. Barang siapa yang suka mendoakan kawannya agar dapat diberi keselamatan, kesehatan, dan murah rizki adalah juga bentuk kepedulian sosial. Bayangkan, jika masing-masing kita saling mendoakan agar orang lain cepat kaya dan naik pangkat, kita akan terbebas dari rasa iri terhadap orang itu!. Tapi ini sangat berat!
Dengan ilustrasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kepedulian sosial yang kasat mata sangat mudah dilakukan, sebaliknya semakin tersembunyi (misalnya: mendoakan orang lain) akan semakin sulit dilakukan. Demikianlah makna peduli sosial dalam tulisan ini, yaitu kepedulian seseorang baik dalam bentuk terbuka maupun tersembunyi . Wallahu'alam!

Pilar 1: Komitmen

Komitmen adalah keinginan kuat untuk memegang prinsip hidup. Komitmen memiliki "ruh" ideologi untuk berbuat baik. Dalam konteks agama komitmen adalah ketakwaan yang hidup dan dinamis. Komitmen akan terus diuji karena itu bisa jadi suatu saat akan goyah dan oleng.
Komitmen merupakan pilar utama yang menghidupkan dan memberi makna bagi pilar-pilar lainnya.
Komitmen diperoleh melalui pendidikan yang sarat nilai. Ia dibina oleh lingkungan yang baik. Dalam kehidupan sehari-hari ia akan nampak sebagai suatu pribadi yang tercermin pada setiap diri seseorang. Biasanya, bagi seseorang yang memiliki komitmen akan tampak tidak tergoyahkan. Ia menjadi sosok pemimpin yang mandiri dengan kesempurnaan jiwa yang sesuai dengan fitrah dan potensi dirinya.
Pilar ini adalah kepribadian bangsa dan kesadaran akan harga diri sebagai manusia. Orang yang memiliki komitmen akan berusaha menjadi manusia yang sesungguhnya. Mereka tidak mau terjebak dalam perbuatan yang nista. Dalam dirinya selalu hidup bahwa dalam setiap tindakan dan perbuatannya harus memiliki makna baik bagi dirinya maupun orang lain.
Sebagai ilustrasi, seorang koruptor yang menjarah uang rakyat pada dasarnya sesosok orang yang menghinakan dirinya sendiri. Perutnya menjadi kuburan dan tempat sampah. Kualitas dirinya sama dengan kualitas yang keluar dari perutnya, bau busuk!. Tidak jauh dari para mental koruptor, adalah "pemimpin" yang selalu menghitung untung yang diperoleh dari sisa-sisa kegiatan di organisasinya. Mereka selalu buat Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) yang kosong tanpa ada kegiatan, tetapi uangnya tetap cair (yaitu ke sakunya sendiri). Orang semacam itu juga bukan orang memiliki komitmen baik yang diharapkan dalam pembangunan bangsa.
Melihat komitmen seseorang bisa dilihat dari kemauan positifnya, jujur, konsisten, dan terbukti ucapannya. Demikianlah sekilas tentang makna komitmen. Kelak akan dibahas secara berkesinambungan pada saat membahas pilar-pilar lainnya. Terima kasih