Rapat berhenti sejenak ketika suara kunci mobil ditutup dan dibuka berulang kali. Terkesan Si Empunya mobil lupa sesuatu, setelah keluar mobil ... pintu ditutup, dibuka, ditutup lagi, dibuka lagi, dan ditutup lagi.
“Zit” (ditutup) lalu.... “Zit...zit” (dibuka)
“Zit” (ditutup lagi) ..... “Zit...zit” (dibuka lagi)
“Zit” (ditutup lagi) ..... “Zit...zit” (dibuka lagi).
Tidak berselang lama, pintu ruang rapat diketuk dan seorang pria pendek, kulit sawo bosok, berpakaian jas hitam yang terkesan “kegedean”, masuk. Tersenyum.
“Maaf saya terlambat... saya sedikit ada urusan... biasalah... he.. he.. ternyata teman-teman, dolar naik, harga biro jasa STNK juga naik... tapi ngak apalah..... Oh, ya silakan rapatnya dilanjutkan....!” Ceria.
Peserta rapat tersenyum agak asem.
“Oh... mobil baru nich, Pak Endan?”
“Ah... bukan... pegangan istri. Si kukut (maksudnya: nama mobil yang biasa ia pakai), .... lagi turun mesin. Besok mau keluar kota”.
Rapat terganggu.
”Bapak-bapak dan ibu-ibu, mari kita lanjutkan!”.
Pak Endan mengeluarkan kunci mobilnya di atas meja (yang sebenarnya masih dapat disimpan di kantong atau sakunya. Bibirnya sengaja ditarik ke arah atas sehingga terkesan terus ceria. Sambil membuka buku agendanya, tangan kirinya terus menerus memainkan kunci mobil baru.
”Barangkali saya bisa berkomentar?”
”Silakan pak!”
”Apakah........, ” Ia memulai bertanya. Tangan kanannya mengambil kunci mobil sebagai alat peraga pada saat menerangkan pendapatnya.
Namun tiba-tiba dari pengeras suara yang ada digedung tersebut sayup-sayup terdengar.
”Mohon perhatian kepada pemilik mobil Honda Jazz dengan Nomor Polisi D 1001 ED warna silver, mohon untuk dipindahkan karena menghalangi arus keluar masuk kendaraan....!”
”Sekali lagi.... mohon perhatian.....” Suara petugas tiga kali berulang- ulang.
Pak Endan, tiba-tiba tersenyum lebar.
”maaf... itu mobil saya.... saya keluar dulu!”
Rapat terganggu untuk kedua kalinya.
Pan Endan buru-buru keluar ruangan.
”Maaf Pak... mobil punya Bapak?” Suara petugas agak jengkel
”Maaf... ya.... lupa!”
”Lupa... sudah tahu disitu tidak boleh parkir!” gumam petugas parkir setelah Pak Endan ngeloyor.
”Eh... kamu ngak ngerti aja,... dengan cara begitu.... mobilnya akan diumumkan di pengeras suara.... maksudnya biar semua orang tahu!” temannya menimpali.
”Pak,.... jangan lupa lagi ya pak!” Petugas Parkir memberi peringatan.
Muka Pak Endan sedikit memerah, marah, tersinggung!
Pak Endan masuk lagi ke ruang rapat.
Tidak lama dari peristiwa itu, alarm sebuah mobil tiba-tiba berbunyi. Semua orang yang ada berusaha melihat ke arah parkir, tertuju kepada mobil baru.
”Ganguan apa lagi ini?” Pimpinan rapat terlihat jengkel.
Pak Endan tanpa basa-basi keluar ruangan, tetapi air mukanya tetap ceria.
”maaf... itu mobil saya!”
Pimpinan rapat geleng-geleng kepala.
Singkat kata rapat selesai.
”Selesai rapat, silakan Bapak Ibu tanda tangan absensi di Bu Indra. Ada sedikit uang transport...!” Pimpinan rapat menegaskan.
Semua tanda tangan.
Seperti biasanya, Pak Endan berusaha menjadi orang yang pertama.
”Maaf... apa bisa saya duluan?”
”Oh... silakan, Pak!”
”Saya ada perlu... ada rapat lagi!”
Disengaja atau tidak, kunci mobil yang ditentengnya tertinggal........ atau mungkin juga ditinggal.
Pada saat orang-orang antri uang transport, Pak Endan kembali lagi ke ruang rapat.
”Maaf... lupa. Kunci mobil saya tertinggal!”
Semua antrian mundur mempersilakan yang bersangkutan mengambil kunci mobil yang tertinggal.
Tidak lama dari itu, terdengar pintu mobil dibuka dengan remote control.
”Pasti klaksonnya berbunyi!” Salah seorang peserta rapat yang masih ngantri nyeletuk.
”Din... din...!” Terbukti benar, klakson mobil pak Endan berbunyi.
”Ha... ha... semua orang yang masih ada di ruangan tertawa”
“Jadi kesimpulan rapat hari ini nambah satu lagi!”
”Apa?”
”Pak Endan punya mobil baru,... untuk istrinya... dan efektif semua orang sudah tahu semua!”
”Ha... Ha... sirik Luh!”
Langganan:
Postingan (Atom)